Tuesday, December 16, 2008

Agnosticism, Energi, dan Agnostic Theis

(Diolah dari pengamatan pribadi dan dari berbagai sumber)

Agnosticism merupakan suatu pandangan bahwa kebenaran sejati atas hal-hal metafisika, (misalnya teologi, Tuhan dan Dewa, kehidupan setelah kematian, makhluk halus, bahkan kehidupan itu sendiri) adalah tidak dapat dibakukan. Dengan kata lain, agnoticism memandang bahwa pandangan (konsep) agama tentang metafisika itu tidak dapat dibuktikan benar ataupun salah. Sehingga, Agnostic(ism) berada di tengah antara theis dan atheis.

Di banyak artikel, penelitian, dan atau forum-forum, orang agnostic sering dianggap sama dengan orang atheis atau orang tak beragama. Hal ini bisa menjadi salah pengertian, mengingat adanya juga orang yang mengaku agnostic theis, yaitu mereka yang berpandangan agnostic tapi tetap mengikuti suatu agama.

Salah kaprah ini menjadi sulit dibenarkan kembali mengingat banyaknya orang mengaku agnostic tetapi tidak mempelajari agama terlebih dahulu. Mereka hanya ikut-ikutan atau apatis terhadap perbedaan agama saja. Mengingat, kebanyakan agnostic bukannya tidak mengakui Tuhan, tetapi tidak mengakui adanya pemutlakan konsep atas Tuhan juga menolak tafsir yang berlaku, walaupun tafsir yang dianggap benar oleh kebanyakan pemuka agama yang bersangkutan.

Jenis agnostic:
·Agnostisme Kuat (strong agnosticism/hard agnosticism/closed agnosticism/strict agnosticism/absolute agnosticism): Pandangan bahwa mereka sendiri tidak tahu apa Tuhan itu sebenarnya ada atau tidak, demikian pula sebenarnya semua orang. Mereka berpandangan bahwa secara alami manusia hanya dapat menggambarkan keberadaan maupun ketidakberadaan Tuhan dan Dewa secara subyektif saja, sehingga konsep agama pun juga subyektif.
·Agnotisme Moderat (soft agnosticism/open agnosticism/empirical agnosticism/ temporal agnosticism): Pandangan bahwa mereka tidak tahu Tuhan ada, mungkin suatu saat manusia tahu. Mereka berpandangan bahwa sekarang keberadaan maupun ketidakberadaan Tuhan dan Dewa adalah tidak diketahui, tetapi mungkin suatu saat akan tiba saatnya ketika keberadaan maupun ketidakberadaannya terbukti, sekaligus membuktikan kebenaran dan ketidakbanaran dari konsep-konsep yg ada.
·Agnotisme Apatis (Pragmatic agnosticism): Pandangan bahwa tidak ada bukti atas keberadaan maupun ketidakberadaan Tuhan dan Dewa , akan tetapi karena Tuhan dan Dewa itu walaupun ada juga tidak berhubungan dengan alam semesta, peradaban dan atau kesejahteraan manusia, maka pembuktian tentang Tuhan dan konsep (baca:agama) sepenuhnya hanya sekedar teori semata yg tak banyak bermanfaat untuk manusia.
·Agnostic Theis (religious agnosticism, spiritual agnosticism): Mereka berpandangan bahwa walaupun Tuhan itu tidak diketahui secara jelas, tapi mereka percaya keberadaannya. Mereka mempercayai adanya suatu “Kekuatan Istimewa” yang tak dapat diketahui dengan jelas.
·Agnostic Atheis: Mereka tidak tahu Tuhan itu tidak ada atau tidak, dan lantas tidak percaya keberadaannya.
·Ignosticism: Pandangan bahwa arti Tuhan harus dijelaskan terlebih dahulu sebelum masuk ke keberadaan atau ketidakberadaan Tuhan. Sehingga seorang ignostic tidak mengakui dirinya sebagai Theis atau Atheis bila arti Tuhan belum jelas.

Tanggapan cendekiawan dan agamawan:
Banyak cendekiawan agama dan agamawan, baik Yahudi, Muslim, maupun Kristen bersepakat bahwa manusia mampu “menjangkau” keberadaan hal-hal yang metafisis, seperti Tuhan dan jiwa. Mereka bersepakat bahwa tidak mampu melihat atau menguasai atau memegang sesuatu tidaklah berarti membuktikan bahwa sesuatu itu tidak ada. Mereka memberi contoh misalnya: gravitasi, entropi, telepati, maupun kekuatan pikiran.

Tentang Agnotism, khususnya Agnotisme Kuat, agamawan berpandangan bahwa agnotic sebenarnya membatasi dan mengkontradiksi dirinya sendiri ketika para agnostic bersedia menggunakan ilmu pengetahuan untuk membuka kebenaran/kenyataan kehidupan, tetapi tidak kebenaran agama. Agamawan berpendapat bahwa apa yang dijelaskan dalam agama itu adalah suatu kebenaran juga. Kekuatan (aturan) agama untuk menjauhkan manusia dari bencana, misalnya bencana alam, harus diakui.

Agnosticisme dan Fisika Modern:
Banyak yang mengaku Agnostic memegang fakta ilmiah tentang persamaan Energi dan Tuhan, sebagaimana dikompori oleh penemuan Albert Einstein tentang sifat Energy.

Khusus tentang Agnostic Theis/Spiritual Agnostic:
Ada yang “mengaku” sebagai Agnostic Islam. Mereka tidak mempertimbangkan perbedaan Islam Sunni maupun Islam Syiah, dan juga tidak memikirkan hal itu beserta konflik internal di masa awal Islam sepeninggal Nabi. Kebanyakan Agnostic Islam menentang aliran Islam Wahabbi/Salafi atau cara pandang tekstualis.

Suatu kelompok di Islam Syiah dapat mengklaim bahwa 3 Khalifah Utama Islam Sunni etlah tidak mematuhi perintah Nabi untuk mengangkat Sayiddina Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin. Dan suatu kelompok Islam Sunni dapat mengklaim bahwa Islam Syiah itu tidak dapat memisahkan kepemimpinan agama dan kepemimpinan kenegaraan.

Seorang Agnostic Islam tidak mempertimbangkan hal tersebut, mereka fokus pada kehidupan Nabi saja, tidak penerusnya, khususnya pada wilayah hukum publik. Mereka takjub pada keajaiban-keajaiban kenabian dan al Quran serta Hadist, dan melakukan ritual keagamaan secara pribadi.

Ayat Al Quran yg banyak diingat mereka yang mengaku Agnostic Islam:
Dan kepunyaan allah Timur dan Barat, maka ke mana saja kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah: Ayat 115).
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku dekat. (Al Baqarah: Ayat 186).


Ada juga yang “mengaku” sebagai Agnostic Kristen, mereka meyakini adanya Tuhan Allah dan bahwa Yesus “memiliki hubungan luar biasa dengan Tuhan” atau bahwa Yesus merupakan manusia/sesuatu yg paling istimewa, yang tak dapat diketahui dengan jelas dan Manusia Ilahi dan Sabda Allah yang Hidup. Artinya, Agnostism Kristen didasari pada ketidakmampuan (yg lahir dari ketakjuban) untuk menjelaskan kejadian ajaib dan atau keimanan, baik itu di masa Yesus, masa kaum kristen awal, dan masa kini. Beberapa Agnostic Kristen merasa bersikap sebagaimana kaum Kristen awal. Agnostic Kristen kagum pada kesetiaan, persaudaraan, dan rasa pri kemanusiaan yang ditunjukkan umat Kristen awal atau Gereja Perdana.

Perintah Yesus yang paling dipegang seorang Agnostic Kristen adalah Peraturan Keemasan (Golden Rule), Matius 22:36-40:
(36) ”Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”
(37) Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
(38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
(39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
(40) Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”.

Bila ditanya tentang pedoman tentang Kemanusiaan, beberapa menjawab dengan menjawab dengan Lukas 10: 25-37 Tentang "Siapakah sesamaku" atau Mat 7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

Banyak Agnostic Kristen memuliakan Yesus Kristus walaupun tidak terlibat aktif di kegiatan-kegiatan keagamaan karena melihatnya sebagai “Roti Dari Sorga”, jelas bukanlah roti secara harafiah. Bila ditanya tentang pedoman, beberapa menjawab dengan Yoh 6:51, “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."

Banyak Agnostic Kristen juga mengikuti Ekaristi untuk tetap menjalin persaudaraan Kristen sebagai “Tubuh Kristus”, tentu saja bukanlah tubuh dalam arti harafiah yang arahnya ke kanibalisme. Bila ditanya tentang pedoman, beberapa menjawab dengan Lukas 22: 19. Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."